Skip to main content

Menengok Fedora 41

 Selalu menarik untuk melihat fitur-fitur terkini yang dibawa distro yang mengusung konsep cutting edge, seperti Fedora atau Ubuntu. Keduanya selalu berlomba-lomba membawa fitur-fitur terkini dari dunia open source. Akan tetapi saya lebih menyukai mengikuti Fedora ketimbang Ubuntu, karena paket Ubuntu sekarang yang seolah menawarkan paket snap dalam distro mereka. Dan menurut saya snap justru memberi performa yang lebih lambat ketimbang paket native-nya. Dan ada beberapa bug juga saat mengelola ekstensi gnome dengan menggunakan Firefox yang nota bene menggunakan paket snap.

Ada hal yang lebih menarik pada Fedora 41 kali ini, yaitu tools untuk mengelola paket-nya, sudah menggunakan dnf versi 5, yang memberi performa jauh lebih cepat daripada dnf versi 4. Dan hal itu saya rasakan memang demikian adanya. It's a good improvement.

Hal lain yang menarik adalah pada spin KDE yang mengusung KDE Plasma 6.2, ada improvement banyak yang dibawa. Terutama dalam hal mengelola grafis nya yang lebih banyak opsi. Antara lain, aksen warna yang mengikuti warna wallpapernya. Sehingga serasi dalam hal kombinasi warna yang ditampilkan.

Dengan menengok KDE Plasma 6.2, maka kita bisa berharap semoga kedepan versi ini segera bisa diadopsi Slackware yang sampai saat ini masih menggunakan versi 5.27 di channel current. 

Selain botom panel yang menawarkan konsep mengambang (floating), memberi aksen keren. Karena menurut bocoran, Windows 12 nantinya juga akan mengadopsi konsep floating ini. Sungguh menarik untuk disimak nantinya begitu Windows 12 dirilis. 


Comments

Popular posts from this blog

openSUSE Leap

Mengapa openSUSE Leap menarik bagi sebagian pengguna Linux? Hal itu wajar mengingat openSUSE Leap merupakan distro gabungan (hybrid) antara SUSE yang dikenal dengan keamanan sekelas enterprise dan aplikasi yang terkini dari dunia open source. Akan tetapi bila Anda mencobanya, maka akan ditemukan sebuah perilaku yang menurut saya tidak lazim, yaitu sewaktu kita membaca manual dari perintah Linux dengan man. Maka kita dihadapkan pada pilihan opsi, manual mana yang akan ditampilkan. Hal ini berbeda dengan distro lain, yang tidak memiliki perilaku tersebut. Oleh karena itu, saya sebut itu menjadi tidak lazim. Untuk mengatasi ketidak laziman tersebut, kita bisa lakukan dengan cara menambahkan dua buah kode berikut pada file .bashrc MAN_POSIXLY_CORRECT=1 export MAN_POSIXLY_CORRECT Selain itu, kita bisa juga gunakan comman info sebagai pengganti man. Hal ini bisa dilakukan dan langsung muncul manual command yang diminta. Dari sisi keamanan, secara default ia sudah mengaktifkan firewall-nya

Java Tutorial Getting Started

Baru saja menyelesaikan Getting Started, meliputi: Your First Cup of Java The Java Phenomenon The “Hello World” Application The “Hello World” Applet Common Problem (and Their Solution) Yang dipelajari: Java 2SE version 1.4.2 Result: Good job. There is no error found!

Visual Studio Code Untuk Belajar Python, C, C++ dan C#

Setelah mencari IDE (Integrated Development Environment) apa yang terbaik untuk mendevelop Python, Akhirnya saya mendapatkan pencerahan setelah menemukan Visual Studio Code . Rupanya ada perbedaan antara IDE dengan Editor. Bila Editor adalah semacam text editor saja, seperti notepad++, Emacs, vim, maka IDE adalah editor + compiler. Oleh karena itu, maka IDE biasanya lebih berat dalam hal performance. Karena memang membundle editor + compilernya. Secara default, Visual Studio Code didesain bagi pengembang aplikasi web, yang meliputi html, css, java script, type script. Jadi untuk mendevelop bahasa pemrograman seperti Python, perlu sedikit cara agar bisa digunakan juga sebagai compiler. Setting Python Tekan F1, lalu ketik Task: Configure Taks Runner. Kemudian gantilah "command" : "python.sh", "isShellCommand" : true, "showOutput" : "always", "args" : ["{$file}"] Itu artinya bila kita menjalankan task runner (run