Skip to main content

MEMAHAMI "systemd"

Setelah hampir satu dekade bergumul dengan distro Slackware Linux, dan sekarang mencoba lagi Fedora 28, ada dua hal penting yang menjadi bahan pembelajaran di Fedora. Yaitu, bagaimana cara mengubah boot up mode-nya ke mode text (console) dan bagaimana mengubah jenis font virtual console secara sistem.

Ada perbedaan mendasar antara kedua distro tersebut, dalam hal penanganan init. Yaitu Slackware menggunakan System V init (atau biasa disingkat dengan init); sementara Fedora menggunakan systemd.

Init software adalah proses pertama yang dijalankan sejak komputer booting (dihidupkan) sampai shutdown (dimatikan). Oleh karena itu, ia memiliki pid 1 (alias proses id = 1). Hal ini bisa dilihat dengan perintah :

$ pstree



Hasil pstree di Fedora



















Text Mode Booting


Secara default, booting Fedora memang berada pada mode grafis. Jadi ia mirip sekali dengan Windows, yang langsung masuk ke mode grafis dan menampilkan login user name dan password.

Dan beginilah caranya, bila kita ingin mengubah mode grafis ke mode text. Yaitu dengan menggunakan perintah systemctl.

# systemctl set-default multi-user.target


Removed /etc/systemd/system/default.target.
Created symlink /etc/systemd/system/default.target → /usr/lib/systemd/system/multi-user.target.


Dari sini kita bisa memahami, bahwa secara sistem, sebenarnya yang menjadi variable adalah  file default.target. File ini adalah variable symlink (shortcut) secara sistem. Bila kita ubah isinya, maka perilaku booting system akan berubah. Dalam kasus ini, symlink default.target diarahkan ke file multi-user.target.

Console Font


Bagi yang sudah terbiasa dengan Slackware, maka bila kita ingin mengubah jenis font di console adalah dengan menggunakan perintah setfont. Dan itu berlaku di semua distro. Pada Slackware, agar hal itu bisa permanen, maka script "setfont" tersebut disimpan pada file /etc/rc.d/rc.font.

Sebelumnya, pastikan bahwa file rc.font itu executable, yaitu dengan cara :

# cd /etc/rc.d
# chmod +x rc.font


Kemudian dengan text editor, tambahkan baris perintah berikut pada file rc.font (sebagai contoh kita ingin menggunakan jenis font Terminus) :

setfont /usr/share/font/consolefonts/Lat2-Terminus16.psf.gz
Langkahnya cukup sederhana dan simple.

Bila pada OS dengan init systemd seperti Fedora, maka yang perlu dilakukan adalah mengubah file /etc/vconsole.conf

#FONT="eurlatgr"
FONT="Lat2-Terminus16"

Yaitu menambah kode # didepan FONT="eurlatgr" serta mengganti valuenya seperti yang kita inginkan. Dalam hal ini FONT="Lat2-Terminus16"

Setelah kita reboot (hidupkan kembali), maka kita akan login dalam mode text dan jenis virtual console font-nya berubah menjadi Terminus.

Demikian.

Comments

Popular posts from this blog

KOMPUTER BRANDED VS KOMPUTER RAKITAN

Berikut adalah pengalaman dan studi komparatif antara komputer branded HP-ku yang dibeli sekitar tahun 2007, dan dua buah komputer rakitan yang menggunakan processor intel dan AMD. Dari dua buah komputer yang dirakit sekitar tahun 2013 yang menggunakan processor intel i3 dengan motherboard gigabyte dan di tahun 2014 yang menggunakan processor AMD A8; dapat dikatakan bahwa dari sisi spesifikasi, tentu komputer brandedku yang dibeli sekitar 10 tahun yang lalu, tentu memiliki spesifikasi yang jauh lebih jadoel. Akan tetapi seiring berjalannya waktu --yaitu di awal tahun 2017 ini -- kedua buah komputer rakitan tsb diatas; satu persatu mengalami kerusakan dan memaksa untuk direpair ke vendor asli yang merakit komputer tsb; dikarenakan aku pun sudah menyerah tidak dapat menyelesaikannya. Yang processor AMD A8, terpaksa diganti motherboard-nya. Demikian juga dengan yang intel i3. Adapun solusi yang diberikan vendor komputer AMD tsb, adalah selain mengganti motherboard yang memang rusak; adala

Fedora 22

It is about another Linux distro. Not a fashion thing. Sebenarnya saya sudah berkenalan dengan Fedora yang pada waktu itu masih memakai nama Fedora Core versi 4. Akan tetapi sayang tidak bisa memutas CD audio koleksi saya. Akhirnya saya move ke Ubuntu, yang bisa memutar CD audio, once the installation is complete. Sewaktu menggunakan Fedora 22, ada impresi keren yang muncul, diantaranya dengan gnome 3.16 dan adanya extention window list sehingga, window yang aktif muncul dibagian bottom bar. Sementara notification pada gnome 3.16 ditata ulang penempatannya dan menjadi satu dengan kalender yang ada di bagian top bar. Mengingat bila tidak ada window list, maka seakan-akan kita kehilangan kontrol atas window yang sedang aktif. Dan window list mempermudah kita dalam berpindah-pindah dari satu window ke window yang lain. Jadi lebih manageable. Satu hal mengapa saya selalu mencoba distro lain selain Slackware adalah karena desktop environment gnome yang di drop di Slackware sejak versi 12. D

Migrasi ke Linux

Apakah Anda berencana untuk melakukan migrasi dari Windows atau Mac OS X ke Linux? Bila memang benar demikian adanya, maka tulisan berikut mudah-mudahan bisa menginspirasi. Dua platfom (OS) tadi, yaitu Windows dan Mac OS X sudah menyuguhkan tampilan GUI yang begitu mempesona. Maklum, sekarang sudah masuk ke abad 21. Jadi semua tampilan yang digunakan adalah tampilan grafis, atau biasa disebut GUI alias Graphics User Interface. Mulai dari instalasi dan semua proses administrasinya. Agar Anda tidak shock sewaktu migrasi, maka satu hal yang menjadi pertimbangan adalah tampilan GUI yang mampu menyaingi kedua platform tersebut. Dalam hal GUI, maka distro yang paling jago dalam hal ini adalah Open SUSE. Tampilan GUI pada desktop environment Gnome sungguh clear sebening kristal. Berikut adalah pengalaman saya dalam menggunakan Open SUSE... Bila Anda mendownload file installer lengkapnya, maka Anda akan mendownload sekitar 4.1 GB. Sangat besar bukan? Ada cara lain, yaitu download-lah f