Skip to main content

Windows 10

Tidak seperti biasa, kali ini aku akan bercerita tentang Windows 10
yang nota bene bukan open source software.

Disini aku akan bercerita dari sisi interface yang dibawanya dan
bagaimana respon ku terhadap konsep yang dibawanya.

Setelah hampir satu dekade meninggalkan Windows, ada satu hal konsisten
yang tetap dibawa Windows; yaitu kemudahan end user yang menjadi
sellingpoint dari OS ini.

Begitu mencoba memahami pola pikir Windows 10, maka impresi-nya adalah
kelelahan di mataku, karena Windows tidak mengenal kosep virtual
terminal (console) seperti Linux.

Jadi begitu start, usage sampai shutdown; semua dikerjakan dalam mode
grafis (GUI/Graphical User Interface). Berbeda banget dengan Linux
yang menawarkan konsep virtual terminal (VT). Alias ada mode text
untuk monitor, selain GUI juga ada tentu saja.

Impresi menggunakan Windows yang seperti itu, membuat mataku selalu
terpukau (lebih tepatnya tegang), karena dipaksa untuk memandangi
layar monitor dalam mode grafis terus. Dan hal itu membuat mataku
cepat lelah.

Hal itu mungkin bisa dijelaskan demikian, bahwa mode text adalah mode
dengan resolusi yang memang didesain untuk text. Beda dengan mode
grafis, maka resolusi optimal-lah yang diaktifkan. Dan hal itu memberi
kesan/impresi ke mata untuk bekerja lebih terbelalak, ketimbang dalam
mode text. Karena ukuran pixel-nya menjadi lebih kecil, sehingga mata
secara tanpa kita sadari akan bekerja extra keras untuk bisa menangkap
satu buah pixel tersebut.

Dari sisi instalasi, masih konsisten juga, yaitu double klik, dan klik
next-next-next. Hanya satu rumusnya. Dari sisi end user awam memang
hal itu memudahkan. Akan tetapi aku punya pendapat yang
berbeda. Menurutku hal itu justru membuat otak kita menjadi
malas. Karena rumusnya cuma satu buah.

Beda dengan Linux yang memberi banyak opsi, dari satu distro ke distro
yang lain meski masih dalam satu keluarga, memiliki manajemen paket
yang berbeda beda. Dan hal ini memberi impulse yang positif ke otak
agar berfikir. Itu menurut aku sih.


#What Do You Think ?

Comments

Popular posts from this blog

openSUSE Leap

Mengapa openSUSE Leap menarik bagi sebagian pengguna Linux? Hal itu wajar mengingat openSUSE Leap merupakan distro gabungan (hybrid) antara SUSE yang dikenal dengan keamanan sekelas enterprise dan aplikasi yang terkini dari dunia open source. Akan tetapi bila Anda mencobanya, maka akan ditemukan sebuah perilaku yang menurut saya tidak lazim, yaitu sewaktu kita membaca manual dari perintah Linux dengan man. Maka kita dihadapkan pada pilihan opsi, manual mana yang akan ditampilkan. Hal ini berbeda dengan distro lain, yang tidak memiliki perilaku tersebut. Oleh karena itu, saya sebut itu menjadi tidak lazim. Untuk mengatasi ketidak laziman tersebut, kita bisa lakukan dengan cara menambahkan dua buah kode berikut pada file .bashrc MAN_POSIXLY_CORRECT=1 export MAN_POSIXLY_CORRECT Selain itu, kita bisa juga gunakan comman info sebagai pengganti man. Hal ini bisa dilakukan dan langsung muncul manual command yang diminta. Dari sisi keamanan, secara default ia sudah mengaktifkan firewall-nya...

Sepeda Polygon Neptune

Tak terasa, sudah hampir 1 tahun ini usia sepedaku.. Aku memilihnya via Internet waktu itu.. Setelah browsing di internet, akhirnya kutemukan sepeda Polygon jenis Neptune.. Eh, ternyata pas beli tidak ada spakbor-nya. Spakbor itu pelindung cipratan (bahasa Indonesia-nya apa ya?) air akibat perputaran roda. Jadi kalo pas lewat di tempat basah, cipratan air itu akan mengenai baju kita.. Jadinya kutambahkan sekalian pas beli, harga sekitar 50 ribu. Lalu terpikir untuk membeli wadah tempat minum, biar kalo pas bersepeda tidak kehausan.. Akhirnya kubeli juga dengan wadah minumnya dengan merk Zefal.. Tak lupa kubeli pengaman, yaitu rantai pengaman.. Akhirnya cukup sudah untuk bersepeda... olah raga yang menyenangkan... Karena kita bisa bebas mengeksplore daerah-daerah baru yang belum pernah kita singgahi.. Kalo pengen tahu sepedaku kayak apa, lihat disini.. Adieu .. !

Tentang Release #

Baru saja browser favoritku Firefox melaunching release terakhir yaitu release 10. Alias Firefox 10 just has been released. Tak terasa release # dari software yang biasa kita pakai mulai memasuki era double digit. Yang sebelum-nya hanya single digit.  Sempat terpikir olehku, apa jadinya 1 dekade ke depan, berkenaan dengan sistem penomoran release # ini? Apakah 1 dekade ke depan, Firefox akan mencapai release # 308 misalnya. Jadi kalau ditanya, kamu pake Firefox versi berapa? aku pake versi 308, ( "weh kok akeh banget yo?" ). Seperti LibreOffice yang baru mencapai versi 3.4.5 di medio Februari 2012 ini. Apa nantinya ya mengalami nasib seperti itu ? Hee.. aneh-aneh saja ya? Kalau kita melihat model pemberian release # untuk sebuah paket software seperti Apple, untuk Mac OS X berupa nama hewan dari keluarga macan, seperti Tiger, Leopard, Snow Leopard, dll. Mirip juga dengan Ubuntu yang menggunakan nama-nama unik, seperti Oneiric, Maverick, dll. Mungkin itu untuk mensi...