Skip to main content

Menemukan Yang Terbaik

Setelah beberapa kali mencoba beberapa distro yang berbasiskan deb
seperti Debian, Ubuntu, termasuk juga yang berbasiskan rpm, seperti
Open SUSE, Fedora. Akhirnya saya menemukan distro yang terbaik. Yaitu:
Slackware, yang dikenal sebagai distro pertama dan yang masih bertahan
sampai sekarang.

Ada beberapa alasan mengapa saya menjadikan Slackware sebagai distro
yang terbaik, diantaranya:

(1) Installer Slackware disimpan dalam bentuk paket tarbal + file text
yang menjelaskan mengenai fungsi paket tersebut. Termasuk, readme
filenya. Semua dokumentasinya ditulis dalam format plain text. Jadi
sebelum Anda melakukan instalasi, Anda sudah bisa membaca
dokumentasinya secara mudah. Karena yang Anda perlukan hanyalah text
editor seperti notepad. 

(2) Informasi tentang Slackware Linux secara sekilas dan penjelasan
langkah demi langkah proses instalasinya, termasuk bagaimana cara
merecovery password root (bila Anda lupa), semuanya dijelaskan dengan
gamblang dalam file Slackware-HOWTO.

(3) Begitu Anda selesai melakukan instalasi, maka hal pertama yang
perlu Anda lakukan adalah membaca arahan dari si pembuat Slackware,
yaitu Patrick Volkerding melalui e-mail yang dikirimkan kepada Anda
sewaktu pertama kali Anda login sebagai root. Cukup Anda ketik #
mail. Disana Anda akan dijelaskan bagaimana mengelola Slackware Linux
Anda dengan cara yang benar ("Slackware way").

(4) Slackware tidak mengenal tools installer yang menangani dependensi
paket. Hal ini sengaja dilakukan agar sistem Anda tidak berantakan
dengan adanya paket-paket yang tidak perlu. Karena bila sistem Anda
berantakan, hal itu akan mempengaruhi performa sistem secara
keseluruhan.

(5) Ada jaminan, bila Anda mengikuti cara Slackware yang benar, maka
Anda akan mengerti Linux. Karena distro ini berpegang teguh pada
tradisi Unix yang menempatkan text command prompt sebagai pusat
kendali semua proses administrasi. Memang perlu waktu untuk belajar
semua tools yang ada. Akan tetapi usaha Anda dalam mempelajarinya akan memberikan imbalan yang setimpal, dan menjadikan Anda sebagai super user.

Adapun hal lain yang kadang membuat sebagian pengguna Slackware merasa kurang sabar, adalah menunggu release terbaru. Mengingat tidak ada jadwal pasti kapan release terbaru akan dirilis. Hal ini berbeda
dengan distro lain seperti Open SUSE yang memiliki release cycle
setiap 8 bulan, atau Fedora dan Ubuntu yang setiap 6 bulan, bisa
dipastikan ada release terbaru. Akan tetapi informasi versi alpha,
beta dan release candidate pada next release Slackware selalu
diinformasikan pada ChangeLogs pada website resminya.

Hal yang menjadi pertimbangan utama dalam merilis versi terbaru adalah 
kestabilan sistem secara keseluruhan. Begitu dirilis, distro ini
didesain akan memiliki support kernel yang long term. Jadi begitu Anda
menginstalnya, ini akan menjadi jaminan bahwa sistem Anda akan tetap
up to date secara long term.

Bila Anda sudah bisa mengelola Slackware Linux Anda dengan cara
Slackware (Slackware way); maka bisa dipastikan bahwa Anda akan betah
menggunakannya. Karena stabil dan easy to use.

Hal itu saya buktikan sewaktu saya menggunakan Fedora 22, dimana
aplikasi LibreOffice Calc yang saya buat dan saya simpan sebagai
file.xlxs dan kemudian saya buka lagi, ternyata tidak dapat dibuka
secara normal. Kondisinya seperti masih loading file, akan tetapi
akhirnya tidak bisa dibuka.

Selain itu, saya juga menemukan pada Open SUSE 13.2 yang tidak bisa
mencetak dokumen dengan orientasi landscape. Adapun di Debian 8.1
tidak dapat wake up dari sleep secara normal, akan tetapi malah blank
screen.

Itu ada beberapa bug yang saya temukan pada ketiga distro tersebut,
yang menurut saya cukup mengganggu dalam berkomputasi.

Dari perjalanan saya tersebut, maka saya sekarang sudah menemukan
distro Linux terbaik, yaitu Slackware. Semoga tulisan ini bisa
menginspirasi Anda yang belum pernah menggunakan Slackware sama
sekali. Karena begitu Anda mengelola Linux Anda dengan menggunakan
cara "Slackware way", maka Anda akan menemukan easy to use-nya.

Demikian. Semoga bisa menginspirasi.

Wassalam,

Comments

Popular posts from this blog

openSUSE Leap

Mengapa openSUSE Leap menarik bagi sebagian pengguna Linux? Hal itu wajar mengingat openSUSE Leap merupakan distro gabungan (hybrid) antara SUSE yang dikenal dengan keamanan sekelas enterprise dan aplikasi yang terkini dari dunia open source. Akan tetapi bila Anda mencobanya, maka akan ditemukan sebuah perilaku yang menurut saya tidak lazim, yaitu sewaktu kita membaca manual dari perintah Linux dengan man. Maka kita dihadapkan pada pilihan opsi, manual mana yang akan ditampilkan. Hal ini berbeda dengan distro lain, yang tidak memiliki perilaku tersebut. Oleh karena itu, saya sebut itu menjadi tidak lazim. Untuk mengatasi ketidak laziman tersebut, kita bisa lakukan dengan cara menambahkan dua buah kode berikut pada file .bashrc MAN_POSIXLY_CORRECT=1 export MAN_POSIXLY_CORRECT Selain itu, kita bisa juga gunakan comman info sebagai pengganti man. Hal ini bisa dilakukan dan langsung muncul manual command yang diminta. Dari sisi keamanan, secara default ia sudah mengaktifkan firewall-nya

Java Tutorial Getting Started

Baru saja menyelesaikan Getting Started, meliputi: Your First Cup of Java The Java Phenomenon The “Hello World” Application The “Hello World” Applet Common Problem (and Their Solution) Yang dipelajari: Java 2SE version 1.4.2 Result: Good job. There is no error found!

Visual Studio Code Untuk Belajar Python, C, C++ dan C#

Setelah mencari IDE (Integrated Development Environment) apa yang terbaik untuk mendevelop Python, Akhirnya saya mendapatkan pencerahan setelah menemukan Visual Studio Code . Rupanya ada perbedaan antara IDE dengan Editor. Bila Editor adalah semacam text editor saja, seperti notepad++, Emacs, vim, maka IDE adalah editor + compiler. Oleh karena itu, maka IDE biasanya lebih berat dalam hal performance. Karena memang membundle editor + compilernya. Secara default, Visual Studio Code didesain bagi pengembang aplikasi web, yang meliputi html, css, java script, type script. Jadi untuk mendevelop bahasa pemrograman seperti Python, perlu sedikit cara agar bisa digunakan juga sebagai compiler. Setting Python Tekan F1, lalu ketik Task: Configure Taks Runner. Kemudian gantilah "command" : "python.sh", "isShellCommand" : true, "showOutput" : "always", "args" : ["{$file}"] Itu artinya bila kita menjalankan task runner (run