Skip to main content

Cara Membuat File Runnable jar Dari Command Line

Jar atau java archieve adalah cara melakukan arsip di pemrograman
Java. Dan ini adalah cara yang simple bila kita ingin berbagi
aplikasi, karena ada kalanya sebuah aplikasi membutuhkan beberapa class.

Bila kita menggunakan Eclipse, maka hal tersebut dapat dikerjakan
dengan mudah. Disini, akan saya jelaskan bagaimana cara membuat file
runnable .jar dari command line.

(1)
Bila itu hanya melibatkan satu class, maka cukup ketik.

Misal nama file class-nya adalah Demo.class. Maka cara membuat file
Demo.jar adalah sbb:

jar -cfe Demo.jar Demo Demo.class

* Demo.jar merupakan target output file name jar-nya. Kita bisa
  menggunakan nama lain selain Demo dalam kasus ini.
* Demo adalah tempat method main() berada.
* Demo.class adalah class yang diperlukan oleh method main().

(2)
Bila sudah melibatkan beberapa class. Sebagai contoh method main()-nya
ada di BoxDemo, yang melibatkan dua buah class yaitu BoxDemo.class dan
Box.class. Maka kita bisa membuat runnable jar-nya sebagai
berikut. Misal kita menginginkan nama outputnya adalah
Result.jar. Cukup ketik:

jar -cfe Result.jar BoxDemo BoxDemo.class Box.class

(3)
Bila sudah melibatkan packages, misal pada kasus ini adalah sbb:
Semua packages yang diperlukan ada di folder p1. Maka kita harus
berada satu level diatas p1. Atau bila kita ketikkan perintah ls (dir
di Windows), maka folder p1 akan muncul.

Sebagai contoh:

Lokasi method main()-nya ada di p1.AccountBalance, dan memerlukan 3
buah class yaitu AccounBalance.class, Account.class dan
Balance.class. Maka cukup kita ketik-kan perintah:

jar -cfe Hasil.jar p1.AccountBalance p1/AccountBalance.class
p1/Account.class p1/Balance.class

* ganti-lah tanda slash ('/') dengan back slash ('\') bila Anda
  menggunakan Windows.

Adapun cara menjalankan aplikasi jar adalah dengan cara:
java -jar Demo.jar

Demikian. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

KOMPUTER BRANDED VS KOMPUTER RAKITAN

Berikut adalah pengalaman dan studi komparatif antara komputer branded HP-ku yang dibeli sekitar tahun 2007, dan dua buah komputer rakitan yang menggunakan processor intel dan AMD. Dari dua buah komputer yang dirakit sekitar tahun 2013 yang menggunakan processor intel i3 dengan motherboard gigabyte dan di tahun 2014 yang menggunakan processor AMD A8; dapat dikatakan bahwa dari sisi spesifikasi, tentu komputer brandedku yang dibeli sekitar 10 tahun yang lalu, tentu memiliki spesifikasi yang jauh lebih jadoel. Akan tetapi seiring berjalannya waktu --yaitu di awal tahun 2017 ini -- kedua buah komputer rakitan tsb diatas; satu persatu mengalami kerusakan dan memaksa untuk direpair ke vendor asli yang merakit komputer tsb; dikarenakan aku pun sudah menyerah tidak dapat menyelesaikannya. Yang processor AMD A8, terpaksa diganti motherboard-nya. Demikian juga dengan yang intel i3. Adapun solusi yang diberikan vendor komputer AMD tsb, adalah selain mengganti motherboard yang memang rusak; adala

Fedora 22

It is about another Linux distro. Not a fashion thing. Sebenarnya saya sudah berkenalan dengan Fedora yang pada waktu itu masih memakai nama Fedora Core versi 4. Akan tetapi sayang tidak bisa memutas CD audio koleksi saya. Akhirnya saya move ke Ubuntu, yang bisa memutar CD audio, once the installation is complete. Sewaktu menggunakan Fedora 22, ada impresi keren yang muncul, diantaranya dengan gnome 3.16 dan adanya extention window list sehingga, window yang aktif muncul dibagian bottom bar. Sementara notification pada gnome 3.16 ditata ulang penempatannya dan menjadi satu dengan kalender yang ada di bagian top bar. Mengingat bila tidak ada window list, maka seakan-akan kita kehilangan kontrol atas window yang sedang aktif. Dan window list mempermudah kita dalam berpindah-pindah dari satu window ke window yang lain. Jadi lebih manageable. Satu hal mengapa saya selalu mencoba distro lain selain Slackware adalah karena desktop environment gnome yang di drop di Slackware sejak versi 12. D

Beberapa Catatan Tentang Linux

Tulisan ini lebih merupakan catatan penulis berkenaan dengan Linux. Semoga ada beberapa yang bisa diimprove dan diimplementasikan pada release selanjutnya. Graphical User Interface Pada umumnya, end user akan merasakan impresi pertama adalah saat pertama kali melihat performa tampilan GUI-nya. Maklum di abad 21 ini, semuanya sudah dipermudah dengan hanya klak-klik tombol mouse. Adapun pada hakekatnya command prompt itu lebih powerful ketimbang menggunakan aplikasi sejenis dalam mode GUI. Dan konsep ini selalu melekat pada orang-orang yang memang berkecimpung mengelola server. Maklum saja, karena server tidak memerlukan tampilan GUI sama sekali pada hakekatnya. Karena alasan performa server terbebani dengan tampilan GUI. Bila dalam ranah server, saya setuju dengan tampilan text based dalam mengelola server tersebut. Akan tetapi pada ranah desktop, maka yang menjadi point atraktif sebuah OS adalah tampilan GUI yang memukau sebening kristral. Bila Anda pernah membandingka