Skip to main content

Fedora 22

It is about another Linux distro. Not a fashion thing.

Sebenarnya saya sudah berkenalan dengan Fedora yang pada waktu itu
masih memakai nama Fedora Core versi 4. Akan tetapi sayang tidak bisa
memutas CD audio koleksi saya. Akhirnya saya move ke Ubuntu, yang bisa
memutar CD audio, once the installation is complete.

Sewaktu menggunakan Fedora 22, ada impresi keren yang muncul,
diantaranya dengan gnome 3.16 dan adanya extention window list
sehingga, window yang aktif muncul dibagian bottom bar. Sementara
notification pada gnome 3.16 ditata ulang penempatannya dan menjadi
satu dengan kalender yang ada di bagian top bar. Mengingat bila tidak
ada window list, maka seakan-akan kita kehilangan kontrol atas window
yang sedang aktif. Dan window list mempermudah kita dalam
berpindah-pindah dari satu window ke window yang lain. Jadi lebih
manageable.

Satu hal mengapa saya selalu mencoba distro lain selain Slackware
adalah karena desktop environment gnome yang di drop di Slackware
sejak versi 12. Dan pada versi 3.16 ini, gnome mengalami banyak
perubahan yang keren. Dan pada Fedora 22, saya merasakan performa
system yang cukup baik, ketimbang performa Open SUSE 13.2 dengan
gnome-nya. Ini kemungkinan besar karena Fedora tidak mengikutsertakan
gcc dan development tool pada instalasi workstation-nya. Jadi lebih
ringan.

Untuk keperluan file archiever, saya merasa perlu untuk menambahkan
p7sip dan terlihat baik dengan bisa terintegrasi dengan file archiver
yang menggunakan mode GUI. Akan tetapi rupanya saat kompress file ke
dalam format 7z tidak bisa di password. Akan tetapi hal itu bisa
dilakukan bila kita menggunakan mode text dengan command 7za (beda
dengan di Slackware yang menggunakan command 7z).

Hal lain berkenaan dengan office suite, secara default Fedora sudah
membundle Libre Office write, spreadsheet dan presentation dalam paket
instalasi standart-nya. Mungkin ini juga yang membuatnya lebih ringan,
karena tidak memaketkan Base, Math dan Draw dari Libre Office
Suite. Mengingat aplikasi Base itu semacam MS Acces di MS Office
suite, yang tentu saja masuk kategori aplikasi yang berat, karena
berkaitan dengan pengolahan data base.

Untuk keperluan pdf reader tetap adobe reader lebih baik ketimbang
Evince yang menjadi bawaan default Fedora. Jadi ia menjadi paket yang
saya tambahkan juga. Untuk menambah kaya font, saya tambahkan font
Terminus.ttf untuk shell font, dan juga webcorefont dan
webcorefont-vista yang saya instal dari paket rpm-nya. Untuk keperluan
multimedia tetap saya percayakan VLC media player, karena ada
equilazer dan juga video codec-nya berjalan dengan baik.

Adapun untuk tambahan paket non-standart bisa diperoleh dari
rpmfusion.org; jadi ini mirip dengan slackbuilds.org kalau di
Slackware. Jadi vlc bisa diinstal dengan menambahkan repository rpm
fusion ini terlebih dahulu. Baru bisa diinstall dengan cara # dnf
install vlc.

Untuk setfont console pada virtual console, untuk sementara saya akali
dengan menempatkan perintah setfont pada file .bash_profile. Karena
pada Fedora 22 ini, belum ketemu bagaimana cara melakukan setfont
secara sistem. Maklum Fedora menggunakan systemd (bukan init) seperti
Slackware. Dan yang perlu dicatat adalah lokasi console fontnya
berbeda, yaitu ada di /usr/lib/kbd/consolefonts.

Pada release Fedora 22 kali ini, saya tidak menemukan bug seperti
Debian 7 atau 8.1 yaitu blank screen setelah wake up dari posisi
sleep.

Bisa dikatakan bahwa Fedora ini adalah distro yang cocok juga bagi
mereka yang masih pemula, selain Open SUSE tentu saja. Beda keduanya
adalah bahwa Fedora lebih sering mengupdate kernel-nya daripada Open
SUSE. Adapun keduanya sama-sama distro yang menggunakan rpm based,
akan tetapi pada implementasi paket managementnya berbeda. Bila di
Open SUSE, pada Fedora menggunakan dnf (sebagai pengganti yum).

Comments

Popular posts from this blog

KOMPUTER BRANDED VS KOMPUTER RAKITAN

Berikut adalah pengalaman dan studi komparatif antara komputer branded HP-ku yang dibeli sekitar tahun 2007, dan dua buah komputer rakitan yang menggunakan processor intel dan AMD. Dari dua buah komputer yang dirakit sekitar tahun 2013 yang menggunakan processor intel i3 dengan motherboard gigabyte dan di tahun 2014 yang menggunakan processor AMD A8; dapat dikatakan bahwa dari sisi spesifikasi, tentu komputer brandedku yang dibeli sekitar 10 tahun yang lalu, tentu memiliki spesifikasi yang jauh lebih jadoel. Akan tetapi seiring berjalannya waktu --yaitu di awal tahun 2017 ini -- kedua buah komputer rakitan tsb diatas; satu persatu mengalami kerusakan dan memaksa untuk direpair ke vendor asli yang merakit komputer tsb; dikarenakan aku pun sudah menyerah tidak dapat menyelesaikannya. Yang processor AMD A8, terpaksa diganti motherboard-nya. Demikian juga dengan yang intel i3. Adapun solusi yang diberikan vendor komputer AMD tsb, adalah selain mengganti motherboard yang memang rusak; adala

Migrasi ke Linux

Apakah Anda berencana untuk melakukan migrasi dari Windows atau Mac OS X ke Linux? Bila memang benar demikian adanya, maka tulisan berikut mudah-mudahan bisa menginspirasi. Dua platfom (OS) tadi, yaitu Windows dan Mac OS X sudah menyuguhkan tampilan GUI yang begitu mempesona. Maklum, sekarang sudah masuk ke abad 21. Jadi semua tampilan yang digunakan adalah tampilan grafis, atau biasa disebut GUI alias Graphics User Interface. Mulai dari instalasi dan semua proses administrasinya. Agar Anda tidak shock sewaktu migrasi, maka satu hal yang menjadi pertimbangan adalah tampilan GUI yang mampu menyaingi kedua platform tersebut. Dalam hal GUI, maka distro yang paling jago dalam hal ini adalah Open SUSE. Tampilan GUI pada desktop environment Gnome sungguh clear sebening kristal. Berikut adalah pengalaman saya dalam menggunakan Open SUSE... Bila Anda mendownload file installer lengkapnya, maka Anda akan mendownload sekitar 4.1 GB. Sangat besar bukan? Ada cara lain, yaitu download-lah f